Kamis, 20 November 2014

Kenapa kita dilarang minum obat dengan susu?

Suatu pertanyaan simpel tapi sulit untuk dijawab. Kenapa? Apa yang salah dengan susu? Padahal kita semua tahu kalo susu itu banyak memberi hal positif dan sangat bermanfaat bagi tubuh kita.

Obat yang kita minum secara oral pasti akan masuk kedalam tubuh kita kan.. Nah didalam tubuh, obat yang kita minum akan terserap dulu kemudian masuk kedalam aliran darah untuk disirkulasikan.
Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat dalam tubuh salahsatunya adalah pengaruh dari makanan didalam lambung kita (makanan yang mengandung lemak mempengaruhi penyerapan obat), kalsium yang terkandung dalam susu juga berpengaruh dalam penyerapan obat .

Beberapa obat antibiotik yang memiliki rumus tertrasiklik dan minosiklik dapat terikat oleh kalsium yang terkandung dalam susu tersebut. Akibatnya obat yang kita minum tidak dapat larut dan sulit terserap kedalam jaringan sel tubuh.
Minum susu setengah liter saja dapat mengurangi efektivitas antibiotik sekitar 80%. Maka dari itu disarankan agar meminum obat setelah 2 jam setelah minum susu.

Disarankan agar meminum obat dengan air mineral yang bebas dari senyawa kimia yang dapat mempengaruhi kerja obat dalam tubuh

operator CDMA yang memilih mati

Ada empat operator CDMA yang akan memilih mati dan menutup bisnis layanan CDMA nya di Indonesia yakni Flexi, StarOne, Hepi, dan Esia. Setali tiga uang, keempat operator tersebut mengambil langkah yang sama untuk nasib mereka.

Benar-benar jumlah yang cukup banyak mengingat mereka adalah perusahaan besar. Tragis dan seolah-olah menggambarkan sebagai aksi bunuh diri masal.

Flexi

Flexi, layanan CDMA dari Telkom adalah operator pertama yang memilih jalan untuk melikuidasi layanannya dan akan menjual sekitar 4000 BTS Telkom Flexi. Kalah pamor dari GSM Telkomsel, jumlah pelanggan yang merosot drastis, pendapatan menurun dan ekosistem CDMA tak kunjung berkembang adalah momok yang disandang Telkom Flexi.

Akibatnya, 11,6 juta pelanggan Flexi akan dipindahkan ke layanan GSM Telkomsel sebagai upaya dari Telkom Flexi.

StarOne

PT Indosat Tbk pun juga menutup dan menghapus StartOne sebagai layanan fixed wireless access (FWA) berbasis CDMA. Semula, StarOne memiliki jumlah pelanggan sekitar 300 ribu namun merosot drastis hingga hanya 3000 orang. Belum lagi layanan Fixed Wireless Access (FWA) CDMA kurang diminati oleh pengguna di Indonesia.

Seperti pelangan Flexi, pelanggan StarOne pun nantinya 3000 pelanggan itu juga akan dioper ke layanan GSM Indosat.

Esia

Nasib naas juga dialami oleh Esia, pasalnya PT Bakrie Telecom Tbk (Esia) menanggung rugi sebesar Rp 1,5 triliun pada kuartal III 2013. Tak hanya mengalami kerugian, Esia pun justru mengurangi operasional sejumlah BTS-nya setelah dicabut oleh penyedia menara akibatnya pelanggan pun terus mengalami penurunan. Parahnya lagi, Esia sepertinya juga memerlukan dewa penolong bagi bisnisnya untuk diakuisisi.

Hepi

Apakah Anda pelanggan Hepi ? Hepi adalah layanan milik Smartfen yang juga berbasis CDMA. Tak pernah terdengar kabarnya, Hepi pun muncul di permukaan justru untuk mengakhiri riwayat hidup layanannya. Malang benar nasib Hepi, punya frekuensi 800 MHz pun itu adalah kompensasi pemindahan Flexi dan StarOne ke pita 800 MHz.

Bagaimana dengan nasib Smartfren ?

Dari keempat operator layanan CDMA di atas, hanya nasib Smartfren yang masih bisa dikatakan lumayan. Sebenarnya Smartfren juga mengalami rugi sebesar Rp 1,54 triliun atau naik 52 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar Rp 1,01 triliun.

6 Cara Mengatasi Anak Bohong

1. Menjadi Teladan Kejujuran

Kebohongan yang dilakukan oleh seorang anak tentu ada sebabnya. Bila itu mulai terjadi pada diri buah hati kita, yang pertama kita lakukan adalah mencari sebab dari kebohongan yang dilakukan oleh buah hati kita. Dan marilah kita mencoba merenungkan pada diri kita sendiri. Apakah kita pernah mengajarkan kebohongan? Kita mungkin merasa tidak pernah mengajarkan hal yang tidak baik kepada buah hati kita. Namun pernahkah kita misalnya mengatakan,”Dek, nanti kalau ada temen Mama yang telfon, bilang Mama sedang pergi ya…. “ Padahal sang Mama tidak pergi kemana-mana. Dari kasus di atas kita sama dengan mengajarkan anak berbohong, walaupun secara tidak sadar. Kita telah membuat anak berpikir kalau berbohong itu tidak apa-apa, karena kita yang seharusnya jadi teladan, mengajarkan hal yang demikian.

2. Mengajarkan Nilai Kejujuran dan Buruknya kebohongan

Ada banyak cara mengajarkan nilai kejujuran kepada sang buah hati. Kita bisa mengajarkannya dengan caramengajarkan lagu yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran, atau mendongengkan anak tentang cerita yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran. Kita juga bisa juga mengambil cerita-cerita dari buku-buku agama, khususnya yang diperuntukkan bagi anak-anak. Atau bisa juga menamkan nilai kejujuran dengan berkata,”Berbohong itu dosa”, “Allah menyayangi anak yang jujur”, “Mama sedih kalau adek berbohong….”, dan masih banyak lagi. Cukup kata-kata yang singkat saja, namun bisa memberikan alasan yang kuat mengapa berbohong itu tidak baik.

3. Mengajarkan Kesederhanaan dan Rasa Bersyukur

Tidak hanya orang dewasa, anak kecil pun mempunyai gengsi. Biasanya semakin besar gengsi orang tua, gengsi anak pun demikian juga. Dan biasanya, anak yang memiliki gengsi yang tinggi lebih sering berbohong. Terutama di hadapan teman-teman mereka. Misalnya, pada saat ada salah satu temannya yang bercerita, “Aku punya mainan Ben Ten yang terbaru lho…. “. Lalu si kecil menjawab,”Aku juga punya. Aku malah punya yang lebih besar dari punyamu.” Padahal kita tidak pernah membelikan mainan seperti yang anak kita ceritakan kepada temannya itu. Hal itu dilakukan oleh sang buah hati, karena dia ingin dipuji dan sadar atau tidak sadar agar gengsinya tidak “turun”. Maka dalam hal ini, kita sebagai orang tua, harus bisa memberikan pelajaran kepada si kecil akan indahnya kesederhanaan dan rasa bersykur. Tanamkanlah di dalam hati anak akan nilai-nilai kesederhanaan dan rasa syukur mulai dari diri kita sendiri. Misalnya, dengan membeli baju yang terlalu mahal, menghindari belanja barang-barang yang tidak penting, menjauhi gaya hidup konsumtif, tidak banyak mengeluh di hadapan anak-anak, lebih banyak bersyukur meski dalam keadaan yang sulit. Hal ini akan memberikan motivasi tersendiri bagi sang buah hati untuk tumbuh menjadi anak yang jujur.

4. Menghindari Marah Yang Tidak Perlu dan Tidak Pada tempatnya.

Adakalanya kita marah, ada kalanya kita lembut kepada anak. Namun jangan sampai kita selalu marah, di saat buah hati kita melakukan kesalahan. Karena anak yang terlalu sering dimarahi, biasanya juga akan cenderung suka berbohong. Untuk apa? Masih berhubungan dengan gengsi anak tadi, yaitu agar dia tidak dimarahi oleh oleh orang tuanya. Maka dari itu, hindarilah marah yang tidak perlu. Sebagai orang tua, seharusnya kita lebih bisa bersikap dewasa dalam mencari akar pemasalahan, bukan langsung menghakimi dengan kemarahan. Setelah akar permasalahan ditemukan, kita bisa memberikan nasihat-nasihat yang positif. Karena di dalam keadaan “tenang” sang anak lebih bisa menerima nasihat. Selain itu kita juga harus menghindari memarahi anak di depan umum, terutama di depan teman-temannya. Karena sang anak akan merasa harga dirinya “diinjak-injak.”

5. Menanamkan Rasa Percaya Diri Yang Kuat

Bila anak mulai melakukan kesalahan, sebaiknya kita lebih banyak memberikan motivasi kepada anak untuk melakukan hal-hal yang baik. Misalnya, “Lain kali lebih berhati-hati ya…, Lain kali jangan lari-lari di dalam rumah…. Kalau Adek rajin belajar, pasti bisa dapet nilai bagus…. Setiap orang pasti pernah salah, jadi belajarlah dari kesalahan…. “ Masih banyak kata-kata motivasi yang lain yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Rasa percaya diri juga bisa kita tanamkan dalam bentuk pujian-pujian kepada sang anak.

6. Menjaga Kepercayaan Anak Kepada Orang tua

Seperti di dunia kerja, kepercayaan adalah mahal harganya. Bila kita bisa menjaga kepercayaan dengan teman-teman dan bos kita, maka kita pun akan semakin baik dalam berkarir. Namun bila kepercayaan itu sudah tidak ada, maka hancurlah karir kita di tempat kita bekerja. Maka dari itu, jagalah kepercayaan antara diri kita dengan sang buah hati.Kita jangan hanya menuntut anak menjadi “orang kepercayaan” kita, namun sang anak pun sebenarnya juga menginginkan hal yang sama. Untuk menjaga kepercayaan anak kepada kita, kita harus bisa menjaga privasi anak, misalnya untuk tidak mengatakan keburukan-keburukan anak kepada orang lain, terutama di hadapan sang buah hati. Bila sang anak tahu kalau orang tuanya sering menjelek-jelekkan dirinya di hadapan orang lain, sang anak pun akan merasa gengsinya turun. Dan hal ini bisa memicu anak untuk melakukan kebohongan-kebohongan demi meningkatkan “nama baik”.

Semoga Bermanfaat